Bukan di Jepang Ini Hutan Bambu Keren dari Malang.

Bukan di Jepang Ini Hutan Bambu Keren dari Malang.

Bukan di Jepang Ini Hutan Bambu Keren dari Malang.
Bukan di Jepang Ini Hutan Bambu Keren dari Malang.

Bukan di Jepang Ini Hutan Bambu Keren dari Malang. Udara segar dan rimbunnya pepohonan menyapa para pengunjung saat pertama menginjakkan kaki di ekowisata Boon Pring.

Bukan di Jepang Ini Hutan Bambu Keren dari Malang Inilah hutan bambu keren dari Malang.

Wisata yang menyuguhkan panorama alam seluas 36,8 hektare ini berlokasi di Desa Sanankerto, Turen, Kabupaten Malang. Selain sejuknya udara, Boon Pring juga dilengkapi berbagai pilihan wisata keluarga.

Ada danau lengkap dengan air jernih yang di dalamnya terdapat ratusan ikan. Pengunjung bisa langsung menyapa ikan-ikan yang nampak dari permukaan air sembari memberinya makan.

Fasilitas di Boon Pring ini juga cukup lengkap. Ada kolam renang bagi anak-anak hingga dewasa. Tersedia pula mushola, toilet hingga puluhan stan yang menjajakan kudapan khas Malang. Tiket masuknya juga cukup murah, hanya Rp 10ribu untuk dewasa dan Rp 5 ribu untuk anak-anak.

Selaras dengan namanya, Boon Pring juga menampilkan beragam varietas pring atau bambu. Di sini, ada hutan bambu yang instagramable. Hutan bambu ini berasal dari warisan nenek moyang yang dilestarikan hingga kini.

“Boon Pring memang kita sudah diwarisi kakek buyut kita, sekitar tahun 2015, diinisiasi untuk dibangun. Kemudian kita membuat kelompok tani bambu untuk merawat di sini. Ada penjaga bambu, waker namanya dan statusnya hampir sama dengan perangkat desa,” kata Kepala Dusun Sanankerto Djamaludin.

Dari sejak berdirinya desa, Djamaludin mengungkapkan jika dari dulu memang sudah ada hutan bambu yang rimbun. Ternyata, bambu ini menjadi salah satu sumber mata air.

Karena, bambu disebut tumbuhan yang suka menyerap air pada musim hujan. Lalu, air yang tersimpan dalam batang bambu tersebut kerap muncul saat musim panas. Untuk itu, desa ini tak pernah mengalami kekeringan jika musim panas datang.

Kalau bambu itu sejak berdirinya Desa sudah ada, makanya tadi saya sampaikan kakek buyut kita sudah meninggalkan kita dengan bambu. Dalam rangka pelestarian mata air yang ada, tanpa beliau-beliau dulu itu mungkin kita nggak punya mata air yang sebesar ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *